JAKARTA - Pemanfaatan kecerdasan buatan kini tidak lagi menjadi domain perusahaan besar atau pelaku teknologi di kota-kota metropolitan. Di daerah, teknologi ini mulai dimanfaatkan secara nyata oleh pelaku usaha kecil untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan. Hal inilah yang kini mulai dirasakan para pedagang dan pelaku UMKM di Kudus.
Melalui program pendampingan berbasis digital, pelaku usaha di Kudus mendapatkan kesempatan untuk memahami teknologi terkini, termasuk kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Pendekatan ini membuka perspektif baru bahwa teknologi dapat menjadi alat praktis untuk mengembangkan usaha, bukan sekadar konsep yang sulit dijangkau.
Kudus Masuk Program Kota Masa Depan Grab
Grab Indonesia kembali melanjutkan program tahunan Kota Masa Depan dengan menetapkan Kudus sebagai kota ke-16 yang bergabung dalam inisiatif penguatan UMKM berbasis digital.
Program Kota Masa Depan pertama kali diluncurkan pada 2021, bertepatan dengan masa pandemi Covid-19. Saat itu, program ini hadir sebagai upaya menjaga roda perekonomian di kota-kota kecil agar tetap bergerak di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi.
Chief Executive Officer Grab Indonesia, Neneng Goenadi, menjelaskan bahwa Kota Masa Depan dirancang untuk mendampingi pelaku usaha di daerah yang terdampak perlambatan ekonomi selama masa krisis kesehatan global tersebut.
"Karena kami pada waktu Covid mulainya, kami ingin memastikan bahwa semua kota-kota kecil itu tetap ekonominya bergerak, karena pada waktu itu ekonominya agak susah karena Covid," ujar Neneng.
Pendampingan UMKM Berbasis Digital Berkelanjutan
Sejak pertama kali diluncurkan, program Kota Masa Depan telah menjangkau lebih dari 200.000 pelaku UMKM yang tersebar di 16 kota di Indonesia.
Di setiap kota, pendampingan dilakukan secara intensif selama empat bulan. Materi yang diberikan mencakup berbagai aspek penting pengembangan usaha, mulai dari digitalisasi sektor pariwisata, strategi pemasaran modern, hingga praktik terbaik untuk membangun bisnis yang berkelanjutan.
Tidak hanya itu, pelatihan juga menyentuh aspek keuangan, pemanfaatan iklan digital, serta pengelolaan usaha berbasis data. Pendekatan ini bertujuan agar pelaku UMKM tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu tumbuh dan naik kelas di era digital.
Dengan pendampingan yang terstruktur, pelaku usaha didorong untuk memahami perubahan perilaku konsumen serta memanfaatkan platform digital sebagai sarana memperluas pasar dan meningkatkan efisiensi operasional.
Peran AI dalam Meningkatkan Daya Saing Pedagang
Salah satu fokus utama dalam pelatihan Kota Masa Depan adalah pengenalan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Teknologi ini diperkenalkan sebagai alat bantu yang dapat digunakan dalam berbagai aspek usaha, mulai dari pemasaran hingga pengelolaan operasional.
Neneng menekankan bahwa pemahaman terhadap AI menjadi kebutuhan penting bagi pelaku UMKM yang ingin berkembang. Menurutnya, literasi teknologi menjadi kunci agar pelaku usaha tidak tertinggal di tengah pesatnya transformasi digital.
"Karena sekarang semua sudah menggunakan AI, jadi waktu mau naik kelas tentunya juga harus semua melek AI," kata Neneng.
Melalui pelatihan ini, pelaku UMKM diperkenalkan pada pemanfaatan AI untuk membuat konten promosi, menganalisis tren pasar, hingga mengelola komunikasi dengan pelanggan secara lebih efektif. Dengan demikian, teknologi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang rumit, melainkan solusi praktis untuk menambah cuan.
Alasan Kudus Dipilih dan Rencana Ke Depan
Pemilihan Kudus sebagai Kota Masa Depan ke-16 didasarkan pada karakter daerah tersebut yang memiliki industri padat karya dan menjadi penopang ekonomi bagi banyak keluarga.
Selain itu, Kudus juga dikenal memiliki kekayaan budaya dan potensi lokal yang kuat, sehingga dinilai memiliki peluang besar untuk dikembangkan melalui digitalisasi dan pemanfaatan teknologi.
Ke depan, Grab Indonesia berencana menambah sekitar empat Kota Masa Depan setiap tahunnya. Langkah ini dilakukan untuk memperluas dampak program dan menjangkau lebih banyak pelaku UMKM di berbagai daerah.
Saat ini, jumlah UMKM yang tergabung dalam ekosistem Grab diperkirakan berada di kisaran 2,3 juta hingga 3 juta pelaku usaha, dengan pertumbuhan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
"Angkanya (jumlah UMKM) mungkin sekitar 3 jutaan, 2,3 sampai 3 jutaan," pungkas Neneng.
Dengan pendekatan yang menekankan pendampingan, literasi digital, dan pemanfaatan AI, program Kota Masa Depan diharapkan mampu menciptakan pelaku UMKM yang lebih adaptif, inovatif, dan siap bersaing di era ekonomi digital.